Genetika adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang keturunan. Pada bagian ini akan dibahas garis besar
genetika sebagai konsep dasar biologi molekuler. Genetika sebagai suatu
disiplin ilmu kaya akan sejarah penemuan dan investigasi mulai dari berbagai molekul
(protein, DNA dan RNA), sel, organisme, dan populasi, melalui berbagai
pendekatan penelitian. Tidak hanya informasi genetik yang berperan sebagai significant
role selama evolusi, tetapi juga pengaruh ekspresi dari peran individual di
semua level. Apabila saat ini era proteonomic telah membuka era
baru di dunia IPTEK, maka untuk menuju era proteonomic ini kita perlu
mengetahui konsep dasar dari genetika secara molekuler. Mengapa demikian?
Karena proteonomic merupakan gabungan kajian protein dan genomic yang
menggunakan berbagai teknik analisis modern.
Charles Darwin dengan teori
evolusinya mengulas secara lugas dalam buku The Origin of Species
tentang seleksi alami selama proses evolusi berlangsung dan buku keduanya Variation
in Animals and Plants under Domestication. Evolusi terjadi bukan hanya
karena
seleksi alam akibat perubahan lingkungan saja tetapi juga perubahan di tingkat seluler maupun molekuler dari suatu organime. Pengukuran tingkat evolusi pada mulanya hanya diukur tingkat morfologinya saja, tetapi hal ini menyebabkan kekeliruan dalam penentuan filogenetik suatu populasi organisme. Padahal kita tahu bahwa mutasi pada urutan DNA dapat mempengaruhi ekspresi dari protein, baik struktur dan/atau fungsi protein bisa berubah akibat mutasi tersebut.
seleksi alam akibat perubahan lingkungan saja tetapi juga perubahan di tingkat seluler maupun molekuler dari suatu organime. Pengukuran tingkat evolusi pada mulanya hanya diukur tingkat morfologinya saja, tetapi hal ini menyebabkan kekeliruan dalam penentuan filogenetik suatu populasi organisme. Padahal kita tahu bahwa mutasi pada urutan DNA dapat mempengaruhi ekspresi dari protein, baik struktur dan/atau fungsi protein bisa berubah akibat mutasi tersebut.
Gregor Johann Mendel dengan
prinsip segregasi keturunan yang dikenal sebagai Prinsip Mendel mengungkap
bahwa gen adalah unit terkecil yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Gen-gen ini dikemas dalam suatu wahana yang dikenal sebagai kromosom. Segregasi
berlangsung secara random dan independen, sehingga diperoleh variasi genetik di
dalam suatu populasi. Adanya crossing-over, back-cross, inbreeding atau outbreeding
menyumbang terjadinya variabiltas genetik maupun pembentukan gene pool
baru dari suatu populasi.
Segitiga trinitas genetika molekuler
terdiri dari DNA, RNA dan Protein telah kita kenal sebagai dogma sentral.
Molekul DNA sebagai pembawa materi genetik bagi hampir semua mahluk hidup
kecuali beberapa virus. DNA diterjemahkan dalam bentuk mRNA kemudian dioleh
pada proses translasi untuk produksi protein yang fungsional. Dogma sentral ini
berubah sejak penemuan RNA sebagai bahan genetik dari virus dapat membetuk cDNA
dengan enzim reverse transcriptase. Kemudian cDNA ini akan melanjutkan
sintesis protein seperti normalnya. Penemuan ini menjadi dasar pengembangan
teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam membuat cDNA secara in vitro
dengan teknik reverse transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Penelitian genetika makin berkembang
setiap tahunnya, sejak penemuan double helix DNA dari Watson-Crick, para
peneliti semakin tergubah untuk membuka cakrawala baru di bidang genetika
molekuler. Penemuan-penemuan enzim-enzim restriksi, teknik-teknik manipulasi
gen dan rekayasa genetik, pengembangan kultur sel terutama stem cells
culture, pembuatan hewan transgenik dan knockout untuk lebih
memperdalam fungsi dari suatu gen, dan akhirnya pengembangan teknik-teknik di
bidang proteonomic dan nano technology.
Kromosom, DNA, Gen
Era penemuan materi genetik telah
dibuka oleh F Miescher dengan menggunakan mikroskop sederhana, dia telah
menetapkan bahwa bahan aktif yang ada di dalam nukleus disebut sebagai nuclein.
Peneliti ini belum bisa menetapkan apakah nuclein ini kromosom ataukah
DNA. Kromosom ditemukan pada awal abad ke 19 merupakan struktur seperti benang
pada nukleus sel eukariot yang nampak pada saat sel mulai membelah. Kromosom
berjumlah diploid pada setiap selnya, dan pada autosomal maupun seks-kromosom
membawa gen-gen yang berpasangan, kecuali pada kromosom-Y.
Gena adalah unit heriditas suatu
organisme hidup. Gen ini dikode dalam material genetik organisme, yang kita
kenal sebagai molekul DNA, atau RNA pada beberapa virus, dan ekspresinya
dipengaruhi oleh lingkungan internal atau eksternal seperti perkembangan fisik
atau perilaku dari organisme itu. Gena tersusun atas daerah urutan basa
nukleotida baik yang mengkode suatu informasi genetik (coding-gene region as
exon) dan juga daerah yang tidak mengkode informasi genetik (non-coding-gene
region as intron), hal ini penting untuk pembentukan suatu protein yang
fungsinya diperlukan di tingkat sel, jaringan, organ atau organisme secara
keseluruhan.
Molekul DNA membawa informasi
hereditas dari sel dan komponen protein (molekul-molekul histon) dari kromosom
mempunyai fungsi penting dalam pengemasan dan pengontrolan molekul DNA yang
sangat panjang sehingga dapat muat didalam nucleus dan mudah diakses ketika
dibutuhkan. Selama reproduksi, Jumlah kromosom yang haploid dan material genetik
DNA hanya separoh dari masing-masing parental, dan disebut sebgai genom.
Struktur
DNA
Pada tahun 1953, James Watson and
Francis Crick telah membuka wawasan baru tentang penemuan model struktur DNA.
Publikasi dari model double heliks DNA ini disusun berdasarkan penemuan:
- Penemuan struktur asam nukleat dari Pauling & Corey
- Pola difraksi DNA (Single-crystal X-ray analysis) dari Wilkins & Franklin
- Pola perbandingan jumlah A-T, G-C (1:1) dari Chargaff atau dikenal sebagai Hukum Ekivalen Chargaff:
- Jumlah purin sama dengan pirimidin
- Banyaknya adenin sama dengan timin, juga jumlah glisin sama dengan sitosin.
DNA terbentuk dari empat tipe
nukleotida, yang berikatan secara kovalen membentuk rantai polinukleotida
(rantai DNA atau benang DNA) dengan tulang punggung gula-fosfat tempat
melekatnya basa-basa. Dua rantai polinukleotida saling berikatan melalui
ikatan hydrogen antara basa-basa nitrogen dari rantai yang berbeda.
Semua basa berada di dalam double helix dan tulangpunggung gula-fosfat berada
di bagian luar. Purin selalu berpasangan dengan pirimidin (A-T,
G-C). Perpasangan secara komplemen tersebut memungkinkan pasangan basa
dikemas dengan susunan yang paling sesuai. Hal ini bisa terjadi bila
kedua rantai polinukleotida tersusun secara antiparalel.
Untuk memaksimumkan pengemasan
pasangan basa tersebut, kedua tulangpunggung gula-fosfat tersebut berpilin
membentuk double heliks, dengan satu putaran komplementer setiap 10 pasang
basa. Polaritas dari rantai DNA ditunjukkan dengan sebutan ujung 5’ dan
ujung 3’. Arah pembacaan basa nukleotida dari ujung-5’ menuju ujung-3’. Jarak
antara nukleotida satu dengan berkutnya adalah 3.4 nm. Ujung 3’ membawa
gugus –OH bebas pada posisi 3’ dari cincin gula, dan ujung 5’ membawa gugus
fosfat bebas pada posisi 5’ dari cincin gula.
DNA dobel heliks dapat dikopi secara
persis karena masing-masing untai mengandung sekuen nukleotida yang persis
berkomplemen dengan sekuen untai pasangannya. Masing-masing untai dapat
berperan sebagai cetakan untuk sintesis dari untai komplemen baru yang identik
dengan pasangan awalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar